Suku bangsa Jawa adalah suku bangsa yang mendiami Pulau Jawa bagian tengah dan timur, serta daerah-daerah yang disebut kejawen sebelum terjadi perubahan seperti sekarang ini. Daerah itu ialah Banyumas, Kedu, Yogyakarta , Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri. Sedang daerah di luar ini dinamakan pesisir dan ujung timur. Daerah yang merupakan pusat kebudayaan Jawa adalah dua daerah yang luas bekas Kerajaan Mataram, yaitu Yogyakarta dan Surakarta yang terpecah pada tahun 1755. Dari sekian banyak daerah tempat kediaman orang Jawa, terdapat berbagai variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur kebudayaannya, seperti perbedaan mengenai berbagai istilah teknis, dialek bahasa, dan lain-lain. Namun tidak menunjukkan perbedaan yang besar, sebab masih menunjukkan satu pola atau sistem kebudayaan Jawa.
Bahasa pergaulan hidup sehari-hari adalah bahasa Jawa. Dalam berbicara menggunakan bahasa Jawa, harus memperhatikan dan membedakan tingkatan orang yang diajak berbicara, berdasarkan umur dan status sosialnya. Dalam susunannya, Bahasa Jawa ada dua macam.
1. Bahasa Jawa Ngoko, terdiri atas :
a. Bahasa Jawa Ngoko Lugu atau Ngoko biasa.
b. Bahasa Jawa Ngoko Andap, bahasa ini
digunakan untuk berbicara dengan orang-
orang yang sudah dikenal secara akrab,
orang yang usianya lebih muda atau orang-
orang yang status sosialnya lebih tinggi.
2. Bahasa Jawa Krama, terdiri atas :
a. Madya Ngoko, biasanya dipakai dalam
percakapan kesederhanaan di pedesaan.
b. Krama Madya, bahasa ini dipakai untuk
percakapan orang-orang di pedesaan.
c. Madyantara, yaitu bahasa yang dipakai untuk
percakapan di kalangan priayi.
d. Kramantara, bahasa yang dipakai dalam
pembicaraan antara orang tua atau lebih
tinggi status sosialnya dengan orang yang
lebih muda. Bahasa ini sekarang sudah tidak
dipergunakan lagi.
e. Wredhakrama, yaitu bahasa untuk percakapan
antara orang tua kepada orang muda/
sesamanya.
f. Mudhakrama, yaitu bahasa yang dipergunakan
untuk percakapan antara orang muda terhadap
orang tua atau digunakan untuk percakapan
dengan siapa saja.
g. Krama Inggil, yaitu bahasa yang digunakan
dalam percakapan di keraton antara
priyagung keraton dalam bercakap-cakap.
h. Krama Desa, yaitu bahasa yang bukan bahasa
halus, melainkan bahasa yang dipakai orang-
orang di pedesaan. Bahasa ini terdiri atas
bahasa yang sudah diganti krama yang
dikramakan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar